KELUAR DARI ZONA NYAMAN
Istilah tersebut sangat sering kita dengar, bahkan kita sendiripun mungkin pernah menyampaikannya .
Jika kita menggunakan pengertian dengan akal sehat tentu akan menganalogikannya demikian:
“ tanggalkanlah kasutmu /sepatumu“ sehingga kita harus menanggalkan kasut/sepatu yang kita dikenakan “ berikan jubahmu” dan kita pun akan memberikan jubah yang kita kenakan.
Dan jika kita diminta meninggalkan kenyamanan atau disuruh keluar dari “zona yaman”, pasti timbul pertanyaan apakah saya sudah nyaman, apa benar saya sedang berada dalam zona nyaman?
Terlebih jika dihadapkan dengan kehidupan yang rasanya masih jauh dari rasa nyaman dan aman, tentu akan ada pertanyaan balik “hidup nyaman “ saja tidak pernah saya rasakan.
Banyak ayat dalam Kitab Suci yang memerintahkan kita (seolah-olah) agar meninggalkan kenyamanan kita agar kita menjadi muridNya yang dikehendaki.
Tentu yang berada dalam strata social bawah akan berpikir bukan mereka karena merasa belum hidup nyaman. Jika demikian apakah Kitab Suci milik /berlaku buat kalangan tertentu saja ? tentu saja tidak
Justru ketika TUHAN memberi perintah aga kita “menjual harta,memikul salib,setia dan berbahagia dalam penderitaan hal tersebut tidak berarti kita telah keluar dari kenyamanan kita.
TUHAN sendiri telah memberi teladan dengan mengosongkan diri menjadi hamba dan setia dalam penderitaannya hingga menyerahkan nyawanya di kayu salib tidak berarti Dia telah keluar dari KENYAMANANNYA sebab Dia telah melaluinya dengan rasa nyaman . Coba pikirkan jika Dia tidak mau melakukannya dengan NYAMAN tentu tidak akan pernah ada yang namanya penebusan , mahkota dan hidup kekal. Bahkan lebih ektrimnya mungkin Dia tidak akan duduk diatas tahtaNya sebagai Raja .
Pelajaran bagi kita adalah :
Apapun kondisi kehidupan kita ( tidak pernah hidup nyaman sekalipun).
Meskipun sebenarnya “kondisi tidak nyaman” tsb. Sebenarnya adalah “benteng kenyamanan” hidup kita/ dengan kata lain dapat menjadikan alasan aga r kita tidak dapat melakukan kehendakNya
Misal: bagaiman saya mau berbagi, menolong, membantu sedangkan saya sendiri butuh bantuan/ pertolongan dari orang lain.
Ketika kita keluar dari KENYAMANAN sebenanrnya kita juga telah melangkah kepada KENYAMANAN yang baru entah disadari atau tidak. Setidaknya kelak ketika nanti meninggal bertemu muka dengan muka dengan Dia mengalami hidup kekal , bukankah hal ini membuat kita NYAMAN dalam menjalani kehidupan ini?
“Mari keluar dari Kenyamanan hidup
From Glory to Glory , Menuju Kemuliaan pada Kemuliaan
(Yohanes Budi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar